Selasa, 27 Oktober 2015

Catatan PCTA 2015 (Bagian 4 Selesai)


Lalu kemudian saya menulis status di facebook. “Alhamdulillah. September ceria. Pagi pun ceria. Seceria orang-orang mengenalku”. Tidak tahu juga kok bisa-bisanya saya terpilih sebagai juara 1 di Kalimantan Barat dan juga di haruskan mempresentasikan artikel yang saya buat di Jakarta nantinya.

 

Top of FormBottom of Form

Tanggal 4 November 2015, Sedang masih di dusun Perigi Nyatu’ desa Matang Danau kecamatan Paloh Sambas saya menulis status lagi di akun facebook saya. Meski KKL belum kelar, pulang adalah pilihan terbaik dan itu sebuah keharusan. Terimakasih semuanya. Warga Perigi Nyatu’ desa Matang Danau, Paloh Sambas.”. inilah status terakhir yang saya tulis ketika masih di Sambas.




Hingga akhirnya membuat saya harus pulang lebih awal dari kawan-kawan KKL. Kebetulan KKL pulangnya tanggal 7 September, bertepatan dengan berangkatnya saya ke Jakarta nanti. Dan alhamdulillah kawan-kawan seperjuangan mengerti dan menyarankan segera pulang ke Pontianak segera. Barangkali ada sesuatu yang harus dipersiapkan di Pontianak kelak. Tapi ada yang mengganjal pikiran, yaitu saya tidak memiliki uang untuk pulang ke Pontianak.

Dan alhamdulillh teman kelompok, teman seperjuangan. Danny Pranata mau meminjamkan duitnya untuk saya pulang ke Pontianak. 200 ribu inilah saya gunakan untuk transport dari Sambas ke Pontianak. Hingga menyisakan 80 ribu untuk berangkat ke jakarta. Ya, saya hanya membawa uang di kantong hanya 80 ribu ke jakarta.
            
Tanggal 5 September 2015 lah pulang sendiri dengan menggunakan bis dari Kartiasa menuju kota Pontianak. Pulang dengan haru dan kesedihan yang mendalam. Kenapa saya terharu, sebab, banyak anak-anak disini menangis ketika mendengar berita akan kepulangan saya di Pontianak. Saya pun tak bisa menyimpan rasa kesedihan itu. baiklah kembali saya ceritakan tentang kepulangan selama dari Sambas ke Pontianak.
             
Syukur. Inilah pengalaman pertama saya pulang sendiri dari Sambas ke Pontianak. Walau sudah pernah ke Sambas sebelumnya, tapi ini terasa cukup berbeda dari yang sebelumnya dan tak dapat saya ceritakan dalam pembahasan ini.
            
 Ditengah perjalanan hape tiada berhentinya untuk berbunyi. Seakan-akan melarang saya untuk tidur di bis. Sementara sms-an masih tetap berlanjut dari kawan-kawan kelompok KKL dan juga dari kawan yang lainnya. Menariknya, pak Kolonel selalu mengirim pesan singkatnya di hape saya. Tentang peraturan-peraturan dan persiapan yang akan dibawa ke Jakarta nantinya. Pakaian adatlah, baju hitam putihlah dan sepatu yang keren.
             
Di Pasar Selakau, Sambas. bis diberhentikan untuk sementara waktu, dikarenakan menunggu penumpang dan memuat barang-barang untuk dikirim ke  Pontianak. Tepat setelah diberhentikannya bis tersebut. Kembali pak Kolonel Rudi menelpon. Intinya dia menanyakan tentang keberadaan saya. Apakah sudah pulang ke Pontianak atau masih di Sambas.
            
 Akhirnya, tak ingin merasa bosan menghantui. Saya mengajak orang-orang disamping untuk berdiskusi seputaran Sambas. Tentang apa saja, baik itu budaya Sambas, hingga bahasanya yang saya temui, memiliki perbedaan dari daerah Sambas satu dengan daerah lainnya. Diskusi yang diiringi lagu-lagu Sambas. Asyik.
             
Sesampainya di Pontianak, bertepatan dengan jam setengah tiga sore. Tepat dengan sholat ashar. Saya sudah sampai di rumah. Walaupun tubuh ini masih terasa sakit dan saya rasa sudah tak mampu untuk bergerak. Tapi sesuai filosopi diri dan pantang menyerah. Saya lawan. Sesampainya di rumah, tak lupa saya untuk mengupdate status di facebook lagi. Saya menulis status di dinding facebook saya. “Kenapa harus Aku? Disitulah ku merasa sedih. Tapi tak apelah. Allah kan memberi beban sesuai dengan kemampuan kite. Berarti saye udah mampu untuk menjalani semua ini. Dan sudah barang tentu ini pulalah Jalan-Nya untuk saye.
Pede jak lah. Haha. Abaikan omongan mereke yang pesimis. Lagian pulak, belum tentu mereke seperti saye”
. Inilah yang saya tulis ketika saat sampai di rumah.
            
Lalu di balas oleh Bang Agus Setiawan, dia adalah ketua BPD desa Sepok Laut. “Optimis brooo jgn pesimis semangat good lucks”. Tiba-tiba semangat datang dan tak peduli dengan semua ini. Saya pun mempersiapkan segalanya. Baik itu menyiapkan slide untuk presentasi, hingga latihan bicara terus-menerus. Sebab besoknya sudah harus berangkat ke Jakarta.
            
Berbicara tentang lomba PCTA, itu tak lepas dari cerita awalnya. Cerita awalnya adalah saya membuat tulisan tentang lomba PCTA ini. Dalam artian, saya sudah berusaha membuat artikel lomba sebagus mungkin (kibas rambut) lalu meminta koreksi dengan pak Yus. Waktu itu saya hanya minta kan dengan Bang Zainal Aripin, hmm bang Zainal pun dengan senang hati mengantarkan tulisan saya dengan pak Yus, ya, waktu itu bang Zainal lagi latihan presentasi di gedung Pascasarjana IAIN Pontianak, karena dia akan segera mempresentasikan makalahnya di Semarang. 
             
Alhanmdulillah bang Zainal terpilih untuk mewakili kalbar dalam lomba tulisan sejarah PENTAS dan Pak Yus pun lagi mengajar. Sementara saya harus mengikuti pembekalan KKL di Paloh pagi itu juga. Hmm membingungkan. Saat itu, pembekalan penyampaian dari rektor dan bertemu dengan dosen pembimbing KKL. Syukurnya bang Zainal mau menyerahkan tulisan saya dengan pak Yus dan segera beliau koreksi. Singkat cerita, setelah sore harinya sesaat saya pulang dari pembekalan KKL. 
Sms bang Zainal lok.
Lagi dimane bang? Udah ke di koreksi bapak? 
Udah, ente langsung jak di kos-an saye. Sekalian ambek punye Sumama ye.
Oke bang, saye melucur.
Bremmm gas motor dengan keencang brummm.....
Di kosan bang Zainal 
Assalamu`alaikum
Wa`alaikum salam
             
Sesampai di kosan bang Zainal, tak lupa saya dipersilahkan untuk minum kopi dulu olehnya. Saya sampaikan maaf bang nanti saja, saya harus mengurus barang-barang untuk keberangkatan KKL di Paloh besok.
Ohh, besok ente udah berangkat ke?
Aog bang, besok malam jam 11 saye berangkat ke Paloh.
Ohh, sukses buat Rahmat ye
Makasih bang, saye pulang lok ye. Assalamu`alaikum.
Wa`alaikum salam
             
Saya lihat, dan saya perhatikan kok tak ada yang dicoret-coret bapak? Saya malah curiga dengan bang Zainal, jangan-jangan dia tidak menyerahkan artikel saya dengan bapak. Prasangka buruk saya pun mulai. Biasanya, makalah saya paling banyak di coret-coret bapak, hingga membuat saya "malas lagi" untuk menulis. Kini beliau malah menuliskan di bawahnya saja, tambah beberapa kalimat lagi, pada kesimpulannya.
             
(Berkata dalam hati) “Benar dak nih bapak koreksi punye aku nih? Jangan-jangan tak di kasik bang Zainal? Dah lah selow jak. Siap-siap kemas-kemas besok aku nak berangkat ke Paloh lok, itu lebih penting”.  Malamnya saya langsung menambahkan hasil koreksian bapak tadi. Walaupun saya masih kurang yakin dengan hasil koreksian tersebut, tapi ya sudahlah, kerjakan saja, langsung kirimkan di email malam itu juga.
             
Sedikit tentang Parade Cinta Tanah Air (PCTA) 2015. Dengan Semangat Bela Negara Generasi Muda, Kita Tumbuhkan Budaya Maritim Indonesia. Itulah tema Lomba Diskusi dan Penulisan Artikel tingkat Siswa dan Mahasiswa se-Indonesia kali ini. Berbicara tentang semangat bela negara, itu tak lepas dari peran pemuda. Pemuda adalah calon pemimpin masa depan. Maka dari itu, perlu kita persiapkan generasi-generasi pemuda yang unggul, cerdas dan kreatif.
            
PCTA adalah kegiatan yang digagas oleh Kemenhan RI sejak tahun 2012. Sedangkan kegiatan lomba PCTA tahun 2015 ini dilaksanakan sejak tanggal 7-11 September 2015 dan diikuti oleh Mahasiswa/i dan Pelajar SLTA sederajat di seluruh Indonesia. Materi kegitan lomba yaitu menulis artikel tingkat Mahasiswa/i se-Indonesia dan diskusi untuk Pelajar SLTA se-Indonesia.
             
Terkait dengan tema yang diangkat pada kegiatan PCTA tahun ini, Menhan menganggap hal tersebut sangat relevan dengan situasi saat ini di tengah upaya bangsa Indonesia untuk terus meningkatkan wawasan kebangsaan dan pelestarian nilai-nilai cinta tanah air.
             
Indonesia adalah negara kepulauan yang hampir 2/3 wilayah teritorialnya adalah wilayah bahari. Ini menyebabkan Indonesia memerlukan sistem dan strategi pertahanan negara yang tangguh dan kuat. Oleh karenanya, sistem dan strategi pertahanan negara secara terus menerus disempurnakan, untuk mewujudkan sistem pertahanan semesta yang ampuh untuk mengatasi ancaman yang semakin kompleks, dan postur pertahanan negara yang memiliki kekuatan penggetar.
             
Dalam sistem tersebut, pertahanan negara di desain agar mempunyai kemampuan menangkal berbagai dimensi ancaman di wilayah Indonesia. Salah satu langkah yang ditempuh adalah peningkatan kesadaran bela negara.
            
Lomba menulis artikel PCTA TA. 2015 diselenggarakan oleh Kementerian Pertahanan RI yang ditujukan untuk peserta mahasiswa/i S1 aktif semua jurusan dari seluruh universitas negeri/swasta di seluruh Indonesia. Tema utama lomba menulis artikel adalah “Dengan Semangat Bela Negara Generasi Muda, Kita Tumbuhkan Budaya Maritim Indonesia”.
            
Lomba ini menitikberatkan bagaimana kemampuan ide dan gagasan tiap-tiap mahasiswa/i perwakilan per-Provinsi itu mampu memberikan kontribusi bagi pembangunan nasional. Dari Sabang hingga Merauke, unjuk kebolehan dalam mempresentasikan artikelnya. Alhamdulillah bisa dapat pengalaman berharga.
             
Parade Cinta Tanah Air (PCTA) 2015. Dengan Semangat Bela Negara Generasi Muda, Kita Tumbuhkan Budaya Maritim Indonesia. Itulah tema Lomba Diskusi dan Penulisan Artikel tingkat Siswa dan Mahasiswa se-Indonesia kali ini. Berbicara tentang semangat bela negara, itu tak lepas dari peran pemuda. Pemuda adalah calon pemimpin masa depan. Maka dari itu, perlu kita persiapkan generasi-generasi pemuda yang unggul, cerdas dan kreatif.
             
Menurut hemat saya, membela negara dapat diartikan mencintai tanah air. Salah satunya adalah menjaga budaya kita.    Budaya tak lepas dari kehidupan kita. Budaya sebagai identitas. Inilah ciri kita sebagai bangsa yang majemuk. Bangsa yang bermartabat dan dipandang hormat oleh dunia. Budaya maritim Indonesia juga memberikan sederetan filosofi, seperti kegigihan dan keuletan dalam bekerja, kebesaran dalam menyikapi konflik dan perbedaan, serta terbuka untuk selalu berpikir ke depan dan keinginan berakulturasi dan berinteraksi dengan budaya lain. Indonesia sebagai negara maritim juga pernah membawa Indonesia pada kejayaan di masa lampau. Juga kaya akan hasil kelautannya. Jika dikelola dengan baik, maka potensi tersebut dapat memberi keuntungan ekonomi bagi rakyat dan negara.     
             

Tentunya dari kesemua itu, dalam mewujudkan Indonesia sebagai negara poros maritim dunia, tidaklah mudah membalikan telapak tangan, butuh kerja keras. Butuh ketekunan dan keuletan dalam mewujudkannya. Lagi pula perlu adanya perbaikan dan pembangunan infrastuktur terutama, seperti kapal dan pelabuhan, membangun sumber daya manusia dan modernisasi teknologi agar bisa memberikan keuntungan ekonomi bangsa dan bagi masyarakat.
             
Dalam lomba diskusi dan artikel kali ini, yang diikuti oleh 3519 Pelajar dan Mahasiswa dari Sabang hingga Merauke. Yaitu terdiri 3000 siswa dan siswi se-Nusantara dan 519 Mahasiswa/i dr berbagai kampus yang terpilih utk mewakili provinsi masing-masing (laporan dari ketua panita yang berhasil saya catat).
            
 Adapun mereka yang terpilih adalah setiap provinsi hanya bisa mengirim 3 siswa untuk satu group diskusi dan 1 Mahasiswa utk lomba artikel di tiap perwakilan provinsi. Lomba yang digagas oleh Kementerian Pertahanan Republik Indonesia yg diadakan setiap tahun ini, yaitu dimulai pada tgl 7-11 September 2015 diikuti pelajar dan mahasiswa se-Indonesia.
            
Dengan menggunakan pesawat Garuda VIP. Ketika masih di bandara Supadio Pontianak, hal yang paling membingungkan adalah mencari regu, kebetulan tim dari Kalimantan Barat bukan hanya saya saja tetapi ada lagi tiga orang siswa SMA. Nah, siswa SMA inilah yang bakal ikut lomba debat tingkat SMA. Untung saja saya menggunakan baju ala Presiden Jokowi (kotak-kotak), jadi pak Rudi tidak terlalu pusing mencari saya kemana.  Setelah berkumpul semua peserta dari Kalbar, barulah kami diberikan tiket keberangkatan.
             
Ketika terbang di pesawat, banyak yang saya lakukan salah satunya adalah membaca artikel lomba dan mempersiapkan segala semua yang akan terjadi nantinya. Meskipun masih dalam keadaaan sakit, tapi itu tidak mengurangi semangat sedikitpun dalam mempersiapkan presentasi.
             
Ada yang menarik, ketika saat saya ke kampus, waktu itu pamitan dengan pak Yus, beliau menanyakan Rahmat berangkat ke Jakarta ya? Iya Pak. Presentasi udah siap belum? Siap pak! Jawab saya. Padahal dalam hati, saya benar-benar belum siap untuk segalanya. Apalagi tingkah saya ketika presentasi susah untuk bicara di depan umum. Dan itupun atas anjuran dari Bang Zainal Aripin, sebab dialah menyarankan agar saya untuk ketemu dengan pak Yus sejenak. Sebenarnya tak ingin, tapi ya apa boleh buat. Dia bilang, minta restu Mat selain kepada orang tua juga kepada dosen pembimbing, nanti ente bisa kuwalat. Hmm, sejenak saya berpikir, mungkin setelah ketemu dengan pak Yus, saya bakalan diminta untuk presentasi di depannya. Ya Allah belum siap sama sekali. Nyatanya tidak juga. Hehe. Lagian pula, saya hanya satu hari satu malam di Pontianak semenjak kepulangan saya dari Sambas dan besoknya langsung berangkat.
            
Tanggal 7 September 2015 di hari pertama di awali dengan kedatangan seluruh peserta dari seluruh Indonesia. Yaitu dari bandara Soekarno Hatta. Dari bandara peserta kemudian dijemput untuk melakukan perjalana ke Taman Mini Indah Indonesia untuk menuju desa Wisata dimana seluruh peserta ditampung selama kegiatan PCTA berlangsung. Setelah melakukan cek dan registrasi ulang, peserta diajak makan malam di ruang makan desa Wisata TMII kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dan pengarahan lomba PCTA.
             
Sebelum istirahat para peserta mempersiapkan  keperluan di hari yang kedua. Waktu teknikal meeting yang dilaksanakan malam itu, kami diberi penjelasan tentang lomba dan saat-saat presentasi besok. Adapun waktu yang digunakan untuk presentasi artikel tingkat mahasiswa selama 10 menit dan tanya jawab 5 menit. Menggalau, dan saya pun juga tak yakin dengan kemampuan diri sendiri. Meskipun begitu, saya berkeyakinan untuk memaksakan diri ini pede dalam presentasinya besok. Kebetulan judul artikel yang saya tulis berjudul Pesantren Maritim. Bismillah coba saja besok, insya Allah besok pasti bisa.
             
Tanggal 8 September 2015 di Museum Listrik dan Energi Baru TMII. yaitu pada hari Selasa besoknya. Waktu yang menegangkan sekaligus membuat jantung saya berdetak kencang. Bukan kenapa, semua teman sudah tahu bahwa ketika saat bicara, saya terlalu cepat dalam bicaranya. Apalagi setelah teknical meeting, akan ada dua sesi presentasi berbeda dengan penguji dan profesor yang berbeda. Jika tahap pertama presentasinya bagus, maka berhak untuk mepresentasikan ke tahap yang kedua.
             
Demi menjaga nama baik kampus dan provinsi, khususnya kampus IAIN Pontianak. saya memaksakan diri untuk berpede ria. Ya, saya paksakan diri saya untuk percaya diri dalam mempresentasikan artikel lomba tersebut. Alhasil, aneh bin ajaib. Entah apa yang membantu, saya bisa mempresentasikam artikel, bagaikan seorang motivator. Begitu semangatnya sehingga kedua dewan juri (Profesor), salut dengan isi dan ide dari  artikel saya. Tapi ini di babak pertama.
             
Dari 34 mahasiswa, sesuai dengan perwakilan provinsi masing-masing, kami dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama kelompok wilayah barat, kedua tengah dan tiga wilayah timur. Dan saya termasuk pada kelompok pertama, yaitu wilayah barat. Jumlah peserta untuk wilayah barat ada 12 orang dari perwakilan provinsi di Indonesia. Nah, dari tiga kelompok ini, tiap-tiap kelompok dipilih tiga besar untuk mencari sembilan 9 supaya dapat mempresentasikan artikel pada babak kedua selanjutnya.
             
Presentasi pertama dengan di uji oleh dua orang Profesor. Dengan persipan tadi malam dan latihan secara terus-menerus di kolam TMII juga tidurnya jam setengah tiga malam. Akhirnya saya berhasil lolos presentasi di tahap pertama. Dengan begitu, saya pun berhasil masuk nominasi 9 besar di tahap pertama. Alhamdulillah.
             
Pada presentasi kedua kali ini, ini merupakan tahap yang benar-benar serius dalam mempresentasikan artikel. Apalagi saya lihat kawan-kawan yang dari peserta lainnya sangat hebat dalam presentasinya. Mereka kebanyakan dari fakultas kelautan juga ada yang dari jurusan perikanan dan juga ada yang dari Universitas Maritim Riau. Makin tambah grogi dan hilang kepedean saya. Apalagi saya yang bukan dari latar belakang kampus kelautan, hanya mahasiswa IAIN Pontianak jurusan Ekonomi Islam.
             
Banyak yang memaparkan tentang hasil penemuannnya dengan dosennya. Yaitu mereka membuat pembangkit listrik tenaga gelombang dari laut, ada yang dari aktivis bahari juga tak kalah pentingnya ada juga yang memaparkan penemuannya lagi di depan dewan juri. Tentunya pada bidang kelautan.
            
 Dan tahap selanjutnya yaitu presentasi kedua, ini tiga profesor penguji tersebut antara lain. Profesor kelautan dari Universitas Indonesia, Profesor Ekonomi Kelautan dari Universitas Pertahanan Indonesia dan Profesor Psikologi Politik juga dari Universitas Indonesia. Presentasi pertama juga demikian, para penguji kebanyakan dari Universitas Indonesia. Lolos 9 besar, dengan memaparkan di depan Prof. Hamdi Muluk, Prof. Bambang Shergi Laksmono, Profesor Dr. Rocky Gerung. Alhamdullilah. Menunggu hasil, setelah usai mempresentasikan artikel kedua kalinya. Pengumuman akan diadakan tepat dihari perpisahan, tepatnya di Kantor Kemenhan pusat. Untuk hari ini peserta diminta untuk pulang sembari makan malam dan mengikuti acara penutupan lomba artikel dan debat tingkat pusat.
             
Tanggal 9 September 2015, hari Rabu pada pagi hari seluruh peserta diberi santapan rohani sesuai agama mereka masing-masing. Kemudian dilanjutkan ke perjalanan wisata ke tiga simbol perdamaian dunia di Bukit Merah Putih kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) di desa Sukahati, Citereup, Sentul, Bogor, Jawa Barat (Jabar), yang diresmikan oleh pak Presiden SBY dulu.
             
Ketiga simbol perdamaian dunia yang diresmikan Presiden SBY adalah Patung Penjaga Perdamaian, Gong Perdamaian dan Menara Bendera Merah Putih setinggi 150 meter. Berdasarkan keterangan dari pemandu wisata di Kementerian Pertahanan RI, yang diterima di lokasi acara, Patung Penjaga Perdamaian merupakan hasil rancang seniman Yogyakarta dengan menggunakan bahan utama perunggu seberat 13 ton.
             
Dijelaskan, Patung Penjaga Perdamaian merupakan simbol perwujudan peran serta prajurit TNI dalam penugasan Pasukan Misi Perdamaian PBB. Bentuk Desain Patung memperlihatkan kesiapan dan keperkasaan prajurit TNI. Sementara itu, Menara Bendera Merah Putih didirikan pada ketinggian 410 meter di atas permukaan laut. Menara Bendera Merah Putih adalah menara bendera tertinggi di Indonesia dan ke tiga di dunia.
            
Dijelaskannya lagi, Menara Bendera Merah Putih ini merupakan hasil rancang bangun putera Indonesia dengan konsep dasar berbentuk bambu runcing. struktur utama Menara ini terbuat daru pipa besi galvanis dan menggunakan sistem pole tower atau rangka tower seberat 309 ton yang ditopang 7 kaki sebagai lambang sapta marga. Menara ini pula dapat berputar 360 derajat mengikuti arah angin. Sedangkan untuk bendera yang dikibarkan memiliki berat 300 kilogram, dengan ukuran panjang 30 meter, lebar 20 meter. Bendera tersebut terbuat dari bahan parasut yang tahan dari cuaca maupun angin. Menara Bendera Merah Putih ini menjadi sebagai salah satu simbol perjuangan Bangsa Indonesia.
            
Sedangkan Gong Perdamaian Dunia berstandar internasional memiliki berat 250 Kg, diamater 2 meter. Gong ini sendiri dibuat di Jepara dengan menggunakan material logam kuningan yang dilapisi emas 18 karat setelah ke IPSC Hambalang Sentul. Lalu dilanjutkan lagi ke Istana Kepresidenan Bogor. Kemudian semua peserta melanjutkan ke Monas dan Dunia Fantasi Ancol. Asyik bro. Tak menduga bisa ke kantor Markas besar TNI, ke Monas dan berlibur sepuasnya ke Ancol. Sekali lagi, asyik.
             
Mungkin saya orang Teluk Harapan desa Sepok Laut pertama mengunjungi salah satu tempat tersebut. Bahkan kata seorang jenderal, tidak sembarangan masyarakat bisa mengunjungi mabes TNI ini, kalian beruntung karena bisa hadir disini, apalagi sebagai juara.
             
Tanggal 10 September 2015, memasuki hari keempat, para peserta dibawa ke kantor Kementeri Pertahanan Pusat Jakarta untuk mengikuti penerimaan oleh pak Menteri. Lalu seluruh peserta mendapatkan pengarahan dan motivasi oleh ibu Menteri Pertahanan di ruangan aula Nusantara 1. Kemudian mendapat pengarahan lagi oleh pak menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. Pembagian hadiah oleh pak menteri dan sesi foto bersama.
            
Hingga akhirnya dewan juri menetapkan saya sebagai juara harapan 3. Suara riuh tepuk tangan yang disaksikan oleh pejabat-pejabat negara. Baik itu TNI AL. AD dan AU. Tak lupa memberikan selamat bagi para pemenang lomba PCTA 2015. Saya masih bingung dengan panitia, saya tanya. Yaitu dengan memberikan hadiah kepada semua peserta yang masuk sembilan besar. Dia bilang, ini sebagai juara harapan tiga. Ya, dia bilang saya juara harapan tiga. Walau belum jelas, sebab jika juara harapan tiga, tentu hanya ada 6 besar. Tapi saya punya pendapat lain, bahwa ini juara, ya memang benar-benar juara. Kemungkinan ada dijelaskan ketika saat teknikal meeting, mungkin saya tidak memperhatikan secara seksama. Mungkin pengaruh sakit. Sebabnyalah kurang mendengar pengarahan dari panitia lomba.
            
Penyerahan hadiah diberikan langsung oleh pak Menhan. Bahagia diatas segalanya, sebab bisa bertemu dengan pak menteri. Juga berkesempatan untuk berfoto bersama oleh pak menhan, pejabat menhan, TNI, POLRI, Kemenko Polhukam, Kemenko PMK, Kemdagri, Kemristek, dan Dikti, Kemendikdasmen serta seluruh peserta lomba.
             
Terimakasih untuk segalanya, kepada kawan-kawan Club Menulis IAIN Pontianak, kepada bapak pembimbing kita. Juga kepada kawan-kawan KKL di Paloh, Sambas. Terutama kepada saudara Danny Pranata yang mau meminjamkan uangnya untuk pulang dari Sambas ke Pontianak, lalu dengan uang pinjaman itupulalah saya berangkat ke Jakarta, untuk mengikuti ajang PCTA, lomba artikel tingkat mahasiswa se-Indonesia.



           
Share: 

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda