Jumat, 15 Januari 2016

Buat Apa Sekolah dan Membaca Buku?

Hal paling bodoh bagi saya, yaitu pernah ditanyai oleh orang adalah tentang sekolah tinggi dan manfaat mambaca. Baiklah saya jelaskan masa lalu itu, memang  pada dasarnya televisi juga ikut andil dalam “mencegah” orang untuk sekolah dan membaca. Loh kok kenapa larinya ke tv sih? Iya, pernah gak nonton sinetron atau film yang dialognya begini; 





Udah ngapain sekolah, liat banyak kok sarjana yang pada nganggur”.

“Buat apa sekolah tinggi2 bila nantinya jadi pengangguran”

Atau langsung diucapkan di depan muka saya:

“Tak ade gunenye sekolah tuh” (“Tidak ada gunanya sekolah”)

Saya rasa cukup tragis, bila semua orang harus “pesimis” dengan yang namanya sekolah. Coba kita lihat di negara-negara maju, mereka sangat menghargai sebuah pendidikan. Tak jarang, bila semua orang berbondong-bondong melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

Dan saya rasa, mungkin sinetron dan film itu, sesuai dengan daerah pulau seberang. Tapi kalo di Kalimantan masih sangat membutuhkan sarjana. Jangan2 daerah kita di doktrin agar semuanya tidak usah sekolah, biar kami yang dari luar menguasai daerahmu, kamu diam saja jadi penonton.

Jangankan ketika saat memulai usaha kecil-kecilan, yang  malah“dihina”. Mau sekolah saja, harus menahan “caci makian dan hinaan”. Tidak kah ada orang yang mau memberikan semangat bagi generasi penerus untuk melanjutkan sekolahnya? Tidak kah tergerak dihati untuk membangun sekolah yang bagus untuk daerah pedalaman dan pesisir? Bukan hanya dikota saja!

Memang sangat berat untuk memulainya. Tapi bila tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi? Orang yang suka nonton sinetron2, kemudian mendengar dialog diatas, akan berpikir untuk mau lagi melanjutkan sekolahnya. Bagi mereka, cukup pandai membaca dan menulis A, B, C dan Z saja sudah cukup. 

Namun, saya rasa bukan hanya karena televisi saja, kemiskinan yang terstruktur juga ikut andil dalam keengganan orang untuk sekolah.

Kita tidak tahu jika semuanya berkesempatan sekolah setinggi2nya, barangkali diantara satu ada yang mengguncang dunia. Kita tidak pernah tahukan? Coba saja semua orang bisa punya berkesempatan sekolah setinggi2nya. 

Di negara2 maju liat berapa banyak riset dan penelitian yang dilakukan orang. Coba bandingkan dengan negeri kita. Gimana mau jadi peneliti, sekolah saja enggan dan tidak punya  kesempatan.

Walau ada beberapa segelintir orang yang sukses tanpa sekolah. Tapi apakah kita mampu seperti mereka. Kita berhenti saja sekolah dan kuliahnya, karena ingin seperti si penemu facebook, atau ingin se-kaya Bill Gates. Bisa? 

Kemudian di masa lalu juga, nasib tragis si penghobi baca buku. malah di bully oleh temannya. Seorang teman yang sempat membuat saya down untuk membaca buku. pertanyaannya, begitu konyol dan tak masuk akal, ingin tertawa sekeras2nya bila mengingat kalimat yang pernah ditanyakannya waktu itu.

Apa yang kau dapati dari membaca Rahmat”?

“Membaca saja, tanpa mengamalkan percuma, lebih baik tak usah membaca buku

Atau kalimat seperti ini:

Ndak eh mat, kau suke bace buku, tadak gak pintar2. Eran aku”. (Ya, Rahmat, kok kamu senang baca buku sih, tapi kenapa gak pintar2. Heran deh).

Tapi, setelah saya selidiki, teman yang bilang ini, adalah penjilat dan suka nyontek. Wajar saja nilainya tinggi2. Wajar.

Itulah sekelumit cerita tentang pengalaman selama saya sekolah dan hobi membaca. Ternyata niat sekolah dan hobi membaca punya tantangan yang berat, itulah yang saya rasakan di lima tahun yang lalu. Salam.




 



Share: 

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda