Jumat, 22 Januari 2016

Tradisi Beratam (1)


Gambaran kegiatan Beratam sebelum tahun 1999.
Walaupun banyak yang tahu atau yang masih menjaga tradisi ini di Kampung Teluk Harapan Desa Sepok Laut tapi masih belum banyak orang yang menulis literatur tentang beratam ini. Dan dalam hal tulisan dan publikasi tradisi ini yang ada di Sepok Laut sangat jarang  dilakukan sehingga menyebabkan pengetahuan masyarakat menjadi terbatas. 

Mengapa tema ini menarik untuk di tulis? 

Pertama, karena penulis tertarik untuk menulis ini karena dari tahun ke tahun tradisi ini cukup berbeda secara signifikan untuk itu, tradisi Beratam sebelum tahun 1999 menggambarkan tentang bagaimana tradisi ini yang dilaksanakan dengan suasana seadanya disebabkan belum adanya masuk jaringan listrik dan tradisi Beratam sesudah tahun 1999 menggambarkan tentang respon masyarakat terhadap Beratam itu sendiri yang pada perubahannya dimulai dengan masuknya jaringan listrik. Tulisan ini sebagai pembanding dari dulu hingga sekarang. Dalam perkembangan yang pesat ini, tradisi ini bergeser.





Dan kedua, Beratam adalah sebagai ajang silaturahmi antar saudara, teman dan sebagai ajang berkumpulnya sesama masyarakat serta sebagai wujud  rasa syukur kepada Allah SWT sebagai karunia serta nikmat-Nya. Karena itu, Beratam menjadi budaya yang penting dalam masyarakat. Tradisi ini jika dikerjakan akan menjadi ajang yang baik untuk menjadikan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang saat ini dianggap mulai pudar. 

Gambaran kegiatan Beratam sebelum tahun 1999

Acara Beratam ini dimulai dengan selesainya anak itu belajar membaca Al-Quran. Pada kegiatan ini persiapannya dimulai dengan pembuatan taruf. Pengerjaan taruf dikerjakan secara bergotong royong oleh sesama tetangga. Bahan untuk taruf yang dibuat dengan kayu ini diambil di pesisir pantai. Sebab dipinggiran pantai pesisir cukup banyak kayu-kayu yang hanyut. Lantai taruf dari meminjam papan dari orang yang memiliki papan banyak di rumahnya. Biasanya papan yang di pinjamkan itu dipinjamkan dari tetangga yang dekat atau dari keluarga yang banyak memiliki papan. Papan ini kemudian dihitung jumlahnya berapa, dan diberi tanda nama pemiliknya, sehingga memudahkan pada saat pengembaliannya nanti. 



Setelah selesai membuat taruf, dilakukanlah persiapan untuk menyiapkan beberapa hal yang dibutuhkan untuk Beratam, sejadah, serta seperangkat alat shalat untuk guru ngaji. Jika guru ngajinya laki-laki cukup dengan pakaian muslim dan songkok, dan kain dan jika gurunya perempuan maka yang diberi untuk guru tersebut adalah mukena shalat. Ditambahkan lagi pelengkapan untuk pembacaan doa seperti ayam panggang, pulut warna kuning. Pada tempat dalam anak yang Beratam dibuatlah hiasan seperti kaligrafi Al-Quran yang terbuat dari papan triplek yang di tulis dengan cat dan replika kapal sebagai tempat anak tersebut untuk mengaji nanti.

Bersambung..
 


Share: 

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda