Kamis, 21 April 2016

Mahasiswa Akhir Yang Galau

Semua orang pasti pernah merasakan gejala kegalauan. Orang yang galau, biasa menyebut diri mereka dengan sebutan Galauers. Penyebab galau itu bisa datang dari lingkungan dan terutama berasal dari diri kita sendiri. Banyak faktor yang membuat seseorang bisa galau. Bisa karena gak ada uang, rencana yang dicanangkan batal, gagal dalam berbisnis hingga gagal merebut hati seorang cewek idaman bagi seorang cowok. (Curhat haha).

 

Jika pada lingkungan mahasiswa, terlebih pada mahasiswa tingkat akhir. Hal yang membuat galau itu adalah ketika saat berhadapan dengan yang namanya skripsi. Skripsi bukan hanya menguras tenaga, pikiran tetapi juga dompet kita. Terlebih lagi bagi mahasiswa yang selama masa kuliahnya hidup mandiri. Gak pernah minta dikirimin duit. Boro-boro dikirimin duit, minta aja sama orang tua gak bakalan dikasih tuh uang. Itulah pengalaman saya selama kuliah di kota Pontianak ini.

Mau tidak mau, saya harus bisa mengatur keuangan. Mulai dari uang makan, transpor dan keperluan perlengkapan kuliah lainnya seperti untuk beli buku dan biaya ngerjakan tugas makalah contohnya. Dengan hanya berjualan yang hasilnya pas-pas-an untuk bernapas, maka dengan semua itu saya harus kerja dan bekerja untuk memenuhi segala kebutuhan hidup selama kuliah.

Kalo ditanya kenapa tidak ngajukan beasiswa di kampus? Aduh. Begitu banyak yang bertanya seperti ini kepada saya. Bukannya gak mau ngajukan. Kendati saya juga pernah mewakili kampus dalam suatu perlombaan menulis, bahkan pernah mewakili provinsi Kalbar (gak ada maksud sombong), tapi karena IPK saya yang kalo dibilang sangat dibawah standar. Ya, IPK emang selama kuliah belum pernah yang namanya mencapai angka 3,0, tiap semester, pasti selalu dibawah 3,0. sedangkan syarat untuk mendapatkan beasiswa itukan syaratnya IPK harus diatas 3,0. Lah saya jangan diatas yang dimaksud, malah lebih parah. Dibawahnya. Walau begitu banyak sertifikat dan piagam perhargaan, itu tak ada artinya dalam syarat beasiswa.

Sebenarnya bisa saya untuk mencapai IPK 3,0. Dengan syarat saya harus tidak jujur atau curang dalam belajar. Kalo seandainya saya menyontek atau mengepek buku, seperti yang juga pernah dilakukan oleh kawan-kawan, (maaf kepencet keyboardnya) mungkin IPK saya gak bakalan anjlok seperti saat ini. Saya terlalu jujur dengan lingkungan kampus. (siapa suruh).

Kendati demikian, walau dengan nilai pas-pas-an, tapi diri ini yakin, untuk jadi orang tidaklah harus pintar diatas angka. Apalah arti sebuah angka itu. semoga saja saya diberi kemudahan dalam menulis skripsi. Semudah menulis artikel ini. Semoga juga gampang untuk bertemu dengan dosen pembimbingnya dan diberi rejeki yang banyak agar selalu diperlancarkan dalam menjalankan adegan menulis skripsi ini. Semoga juga rasa kegalauan ini pudar. Semoga. Tuhan akan selalu bersama kita.

Share: 

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda