Kamis, 19 Mei 2016

Yuk Menulis

Tulisan yang buram itu lebih baik daripada hapalan yang kuat (Konghucu). Sebab tulisan akan terus terjaga tapi hapalan akan ikut hilang bersama meninggalnya penghapal tersebut. 

Ali bin Abi Thalib berkata; “Ikatlah ilmumu dengan tulisan. Lalu Al-Qur`an sendiri berkata dalam firmannya; Nun, walqolami wamaa yasy turuun (QS Al-Qolam:1). “Demi pena, dan apa-apa yang mereka tulis.



Itulah pesan pengantar yang disampaikan oleh Dr Ma`ruf pada saat memberikan sambutan launching buku Club Menulis IAIN Pontianak, kamis, 30/04/2015. Di Gazebo Kampus IAIN Pontianak.

Lanjutnya, dan jika ingin abadi, teruslah menulis. Tulisan akan menjaga ilmu dari kepunahan.

Lahirnya sejarah adalah saat manusia mengenal tulisan. Menulislah (Sagran). Tulisan perjalan Anda. Tulisan Anda menjadi sejarah, bahkan bisa menjadi investasi Anda.

Hari gini belum nulis? Mengapa? Sulit? Rasanya gak tuh. Kita pasti bisa. Apalagi yang muda-muda. Sahabat, setidaknya kita bisa menyampaikan paling tidak satu ayat sebagai kewajiban saling menasehati antar sesama Muslim. Satu ayat bisa menjadi gagasan yang terurai dalam puluhan, bahkan ratusan kalimat. Jika dituliskan, Insya Allah bisa menjadi artikel ataupun feature (karangan khas) yang menggugah (Bambang Trim. 2006: 1).

Sudah menjadi bukti sejarah bahwa Islam mengalami masa keemasan ketika ilmu begitu melimpah dan dituliskan dalam berjilid-jilid buku. penulisan kembali al-Quran dan al-Hadis juga menjadi bukti keandalan kaum Muslim untuk menyusun sebuah kitab yang tadinya tersebar dalam hafalan dibenak banyak orang kini menjadi sebuah karya yang terstruktur sebagai bagian dari karunia Allah Swt.

Sebuah karya tulis, terutama buku, memang akan menjadikan kita berbeda dengan yang lainnya. Bukan hendak mencari pengakuan dari orang lain, membentuk kesombongan diri, ataupun meletakan diri lebih diatas orang lain, melainkan sudah menjadi janji Allah untuk mengangkat derajat orang-orang yang berilmu beberapa derajat.

Menulis bukanlah sebuah kerugian, melainkan sebuah keberuntungan yang tidak ternilai. Alangkah banyak orang yang  berharap ilmunya menjadi manfaat dan sebaik-baiknya manfaat adalah ilmu yang awet dan terus-menerus mencerahkan orang lain. Ilmu yang awet ada di dalam tulisan, yaitu buku.

(Reporter: Rahmat Menong).

Share: 

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda