Sebagai orang
yang lahir dan tumbuh besar di pesisiran, saya merasakan bagaimana hidup
seorang nelayan. Kelautnya subuh hari misalnya, pulangnya sore. Kadang sore
pulang pagi. Kadang juga berminggu hingga berbulan baru pulang dari aktivitas
melaut, itulah nelayan, sebuah pekerjaan yang katanya mencari “benda raib”.
Pengalaman saya melaut dulu, memang banyak jenis alat tangkap nelayan di laut. Ada alat tangkap kecil dan ada yang besar. Ada yang untuk di sekitaran pantai sampai untuk di tengah laut. Semua tergantung kita, nelayan mau mencari ikan bagaimana. Banyak pilihan kalau sekedar hanya untuk mencari ikan yang banyak itu di laut.
Banyak sekali
pekerjaan laut yang pernah saya lakukan, dan salah satunya adalah trawl. Dari pengalaman
ini, ketika saat mengangkat trawl-nya ke kapal, banyak sekali udang dan ikan di
dalam jaring trawl tersebut. Dari yang kecil sampai besar, semua ada di dalam jaring
tersebut. Setelah dinaikan ke kapal, barulah kita pilih, mana hasil tangkapan
yang bisa dijual dan mana yang tidak bisa dibeli orang. Sebagian dari
tangkapannya yang tidak bisa dijual di buang ke laut dalam keadaan mati dan
sebagiannya lagi disimpan ke dalam peti.
Pengalaman saya
ini ternyata sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh WWF-Indonesia. Hasil
kajian WWF-Indonesia menyebutkan bahwa hanya sekitar 18-40% hasil tangkapan
trawl yang bernilai ekonomis dan dapat dikonsumsi, 60-82% adalah tangkapan
sampingan (bycatch) atau tidak dimanfaatkan (discard),
sehingga sebagian besar hasil tangkapan tersebut dibuang ke laut dalam keadaan
mati. Penggunaan trawl dengan mengeruk dasar perairan merusak habitat serta
penggunaan mata jaring yang kecil juga menyebabkan tertangkapnya berbagai jenis
biota yang masih anakan atau belum matang gonad. Pemborosan sumberdaya ini
telah terjadi terus menerus sejak alat tangkap ini dipergunakan secara luas
pada tahun 1960.
Jenis
tangkapan ini memang tidaklah selektif dalam
menangkap semua ukuran udang, ikan, kepiting serta biota lainnya. Ikan
dan udang yang telah ditangkap yang tidak dapat berkembang biak dan tentunya
belum bisa menghasilkan peranakan atau telur-telur ikan dan udang lainnya pun
ikut tertangkap. Akhirnya, sudah bisa dipastikan dengan adanya trawl,
sesungguhnya kita tidak bisa memberikan waktu kepada biota-biota laut tersebut
untuk selalu hidup dan membuat peranakan baru untuk generasi mereka
selanjutnya. Dan memang, saya rasa kalau ikannya ditangkap seperti ini,
bisa-bisa memang menjadi sangat langkah atau dengan kata lain, punah.
Pelarangan
aturan trawl sendiri sudah pernah dikeluarkan pada era Presiden
Soeharto melalui PP No 39/1980. Larangan itu keluar karena terjadinya konflik
antara nelayan tradisional dan pemilik kapal trawl. Lalu pada tahun
2015 lalu pada Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2/Permen/KP/2015 melarang penggunaan alat
penangkap ikan pukat Trawl dengan alasan alat tersebut menjadi penyebab
menurunnya sumber daya ikan dan mengancam kelestarian lingkungan.
Dari
kedua peraturan itu, baru kali ini peraturan tersebut “benar-benar”
dilaksanakan. Peraturan Menteri Kelautan ini menuai berbagai respon dari
berbagai pihak. Memang kebanyakan dari nelayan tidak setuju dari peraturan yang
dibuat oleh ibu Susi tersebut. Alasannya karena tidak ada alternatif kerja lain
selain trawl dan trawl.
Kalau
kita berpikir dan beranggapan hanya pada trawl saja, itu juga keliru. Banyak
sekali alternatif alat tangkap di laut, semisal rawai dan lain sebagainya.
Tidakkah kita memikirkan masa depan laut kita. Kalau dikuras terus, lama-lama
bisa habis bahkan punah segala habitatnya. Berilah kesempatan biota laut untuk
tumbuh dan berkembang. Saya yakin akan banyak alternatif kerja nelayan,
walaupun saat ini, begitu banyak yang mengeluh akibat dari peraturan itu.
Dampak pada ekonominya, pelarangan trawl berdampak
negatif terhadap kehidupan nelayan pengguna trawl. Pelarangan trawl akan
mengakibatkan penurunan tingkat pendapatan nelayan tersebut. Tingkat pendapatan
yang rendah akan memengaruhi tingkat kesejahteraan nelayan yang sebagian besar
memiliki pendapatan di bawah UMR. Selain tingkat pendapatan, dampak
pelarangan ini akan menimbulkan
perubahan alat penangkapan ikan sehingga hasil tangkapan ikan nelayan trawl
tidak dapat diprediksikan dan cenderung mengalami penurunan. Sebaliknya,
nelayan yang tidak menggunakan trawl akan diuntungkan dengan adanya peraturan
pelarangan tersebut. Tingkat pendapatan dan hasil tangkapan ikan akan meningkat
bagi nelayan yang bukan menggunakan trawl, dikarenakan kegiatan perikanan
mereka tidak terganggu oleh aktivitas nelayan
pengguna trawl.
Memang
semua peraturam pasti ada dampak baik buruknya. Kalau dikaji secara mendalam,
memang dampak tidak baiknya akan terlihat dan terasa dari aktivitas trawl
tersebut. Sudah banyak kajian penelitian dan jurnal tentang dampak baik
buruknya trawl tersebut.
Saya yakin,
dengan adanya larangan penggunaan trawl dan beralih ke alat penangkap ikan
lainnya dapat meningkatkan penghasilan para nelayan. Meskipun jumlah tangkapan
ikan memang menurun karena alat tangkap yang digunakan lebih selektif, namun
nilai produksinya justru melonjak. Semoga.
Dimuat juga di laman www.thetanjunpuratimes.com dan Harian Suara Pemred Kalbar.
Daftarkan Diri Anda Sekarang Juga Di www.bolacasino88.com Agen Judi Online Terpercaya Di Asia.
BalasHapusPelayanan Yang Professional Dan Ramah
Di Jamin 100% Tidak Adanya BOT Dan ADMIN.
- Minimal Deposit 20.000
- Minimal Withdraw 50.000
Dapatkan Hot Promo Kami Seperti :
- Bonus Refferal Seumur Hidup
- Bonus Sportsbook 100%
- Cashback Sportbook 5% - 15%
- Bonus Deposit Games 10%
- Cashback Games 5%
- Bonus Komisi Casino 0,8%
NB : Syarat Dan Ketentuan Berlaku
Nikmati 7 Permainan Dalam 1 Web Seperti:
- Sports
- Live Casino
- Togel
- Poker
- Slot Games
- Nomor
- Financial
Untuk Informasi Lebih Lengkap Silahkan Hubungi Customer Service Kami :
- Live Chat 24 Jam Online
- No Tlp ( +855962671826 )
- BBM ( 2BF2F87E )
- Yahoo ( cs_bolacasino88 )
- Skype ( bola casino88 )
- Facebook ( bolacasino88 Official )
Hot News :
http://prediksitogelgoyangasoi.blogspot.com/2017/11/jose-mourinho-diincar-psg-manchester.html
http://prediksitogelgoyangasoi.blogspot.com/2017/11/vladimir-vujovic-tidak-akan.html